Benarkah Matius Seorang Penulis Injil Matius ?




Pendahuluan
Sebelumnya, kita telah membahas tentang Injil Matius secara singkat dengan menggunakan pendekatan sastra yang diiringi dengan metode historis di sini. Tentu saja, pertanyaan yang muncul ialah, apakah kita dapat menyebut bahwa Injil Matius adalah sebuah Vita Jesus (riwayat hidup Yesus) ataukah tidak ? Karena Matius tidak saja terlibat dalam penyejarahan, melainkan Matius pun telah mengambil alih tradisi-tradisi yang lebih tua dalam siklusnya. Dan Matius sendiri, telah menempatkannya secara bersama-sama dalam cara yang begitu rupa, sehingga apa yang dituliskannya menjadi pemberitaan yang ditujukan kepada zamannya sendiri, tanpa mempunyai maksud bahwa apa yang sudah dituliskannya itu diperuntukan bagi orang-orang sesudahnya.

Jika Matius yang diyakini oleh Kristiani telah ikut andil dalam menyampaikan Yesus sejarah, tentu saja pertanyaan yang sangat krusial pun sudah selayaknya kita ajukan kepada pihak Kristen. Benarkah Matius seorang penulis Injil Matius ? Jika jawaban pihak Kristiani menyatakan iya, tentunya mereka harus mampu menyajikan berbagai bukti internal dan eksternal dalam menguatkan pendapatnya. Dan dari bukti-bukti yang dipaparkan oleh Kristen, perlu sekiranya kita pun melakukan pengujian ulang atas resistensi dalil yang digunakan oleh Kristen.



Sumber Internal Atas Kepengarangan Injil Matius
Dengan mengandalkan Matius 9:9-10. Kristen dengan begitu yakinnya menyatakan bahwa Injil Matius ditulis oleh orang yang bernama Matius, yang menurut Kristen, ia adalah muridnya Yesus. Padahal, jika kita menilik lebih jauh terhadap Matius 9:9-10, sama sekali tidak menunjukkan bahwa narasi pada kedua ayat tersebut, menjelaskan tentang sosok kepengarangan Injil Matius, melainkan berisi tentang penyajian informasi terkait pertemuan Yesus dengan seseorang yang bernama Matius di rumah cukai, yang pada akhirnya mereka makan bersama di rumah seseorang, beserta dengan murid-murid Yesus lainnya. Adapun siapakah murid-murid Yesus lainnya yang ikut makan bersama dengan Yesus dan juga Matius, Injil Matius pun tidak memberitakan sama sekali kepada kita tentang hal tersebut.

Dan jika kita menganalisa teks ayat 9 dan juga 10, tanpa bermaksud untuk memperluas pembahasan melainkan memperjelas konteks kepengarangan Injil Matius, terlihat jelas adanya keganjilan narasi didalamnya. Yakni, adanya narasi yang telah dihilangkan atau tidak disampaikan secara utuh atas informasi yang ada pada Injil Matius, terkait di rumah siapakah makan bersama tersebut diadakan. Pada Alkitab Terjemahan Baru (TB), dan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), menginformasikan kepada kita, bahwa makan bersama tersebut diadakan di rumah Matius. Namun nyatanya, pada terjemahan lain yang lebih tua sekalipun, tidak menyertakan frasa tersebut sebagaimana versi TB dan juga BIS. Yang tentunya, frasa tersebut adalah kalimat tambahan di kemudian hari. Baik Matius 9:10 maupun Markus 2:15, sama-sama tidak menjelaskan di rumah siapa jamuan makan itu diadakan. Tapi pada Lukas 5:29, dinyatakan bahwa “Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya”. Dari bukti inilah biasanya Kristen menganggap bahwa Matius sama dengan Lewi. Jika kepenulisan Injil Matius, Markus, dan Lukas, masing-masing bersifat independen, tentunya suatu hal yang absurd, jika pada Injil Lukas tiba-tiba nama Matius diganti menjadi nama Lewi, sedangkan pada dua Injil Sinoptik lainnya, masih menggunakan nama Matius. Jika Lewi adalah nama lain dari Matius, dari manakah Lukas bisa mengetahui nama lain dari Matius, disaat dua Injil Sinoptik lainnya menggunakan nama yang sama?

Jika menurut Kristen suatu hal yang logis, bahwa Matius 9:9-10 itu menunjukkan tentang sosok kepengarangan Injil Matius yang dikarenakan di dalam ayat tersebut menyebutkan nama seseorang yang mengindikasikan adanya kepengarangan Injil Matius, tentunya Matius 3 :1-17 pun bisa dijadikan sebagai alasan logis pula untuk dijadikan sebagai landasan dasar tentang sosok kepengarangan Injil Matius, bahwa yang menulis Injil Matius adalah Yohanes, karena pada Matius 3:1-17, memiliki kesamaan seperti halnya Injil Matius 9:9-10, yang sama-sama menyebutkan tentang nama seseorang yang mengalami pertemuan dengan Yesus, selain pengisahan tentang sosok Yohanes pun lebih jelas penceritaannya daripada Matius itu sendiri. Namun, jika Kristen menolak bahwa kepengarangan Injil Matius itu bukanlah seorang yang bernama Yohanes, tentunya kepengarangan Injil Matius yang menisbahkan kepada nama Matius pun, tidak logis pula. Jika seperti itu, lalu frasa seperti apakah yang didalamnya bisa menunjukkan secara eksplisit tentang kepengarangan Injil Matius, di saat Injil tersebut pun tidak ada tanda tangan dari penulisnya dan juga tidak ada naskah aslinya ? Tentunya, jawaban yang akan diberikan oleh pihak Kristiani pun beragam dan mengarah pada spekulasi. Karena memang pada Injil Matius, tidak ada informasi tunggal yang bisa dijadikan sebagai petunjuk, bahwa yang menulis Injil Matius itu adalah Matius, selain mengandalkan Injil Sinoptik yang lainnya.


Sumber Eksternal Atas Kepengarangan Injil Matius
Berkaitan tentang kepengarangan Injil Matius, ada empat pendapat yang sudah biasa dijadikan sebagai bukti eksternal oleh Kristen dalam membuktikan bahwa Injil tersebut ditulis oleh orang yang bernama Matius. Diantaranya :
1.) Papias.
Ia menulis : “Matius menyusun Logia dalam bahasa Ibrani dan setiap orang menafsirkan semampu mereka.” 1
2.) Irenaeus.
Ia menuliskan : “Matius juga menerbitkan sebuah kitab Injil di antara orang Yahudi di dalam dialek mereka sendiri, sementara Petrus dan Paulus memberitakan Injil di Roma dan mendirikan gereja.”2
3.) Eusebius.
Menurutnya 3, Pantaenus menemukan bahwa Injil Matius dalam bahasa Ibrani telah mendahuluinya ke India, setelah ditinggalkan di sana oleh Bartolomeus.
4.) Origen.
Ia pun menyebutkan bahwa Matius menyusun Injil dalam bahasa Ibrani.4

Selain adanya pandangan bahwa Logia itu adalah Injil, di kalangan para sarjana Kristen telah terjadi perbedaan pendapat dalam mengartikan Logia itu sendiri yang terdapat pada tulisan Papias, yang pada akhirnya menghasilkan beberapa teori sebagai berikut :
1. Logia adalah kumpulan ucapan. Para pendukung pendapat ini meyakini, bahwa Papias sebenarnya sedang merujuk pada sumber Q, dengan anggapan bahwa Logia berarti suatu kumpulan atas ucapan.5
2. Logia merujuk kepada koleksi testimonia. Pendapat ini dibangun karena adanya kutipan di Iniil Matius atas sejumlah ayat yang terdapat PL (Perjanjian Lama) yang didahului dengan frasa tertentu, yang menimbulkan pandangan bahwa Papias sedang merujuk kepada suatu koleksi kutipan.6
3. Tidak ada satu pun teori yang memuaskan, tentunya pandangan Papias tentang Logia adalah Injil, bisa jadi bahwa ia merujuk pada sumber lain yang sama sekali tidak diketahui atau bisa jadi ia salah menulis sehingga harus diabaikan.7

Bahkan bila kita tidak mencoba terlalu banyak mengartikan Logia dan menganggap bahwa ini merupakan pernyataan mengenai Injil itu sendiri, pernyataan tersebut hampir tidak dapat dikatakan tepat. Karena pengarang Injil Matius tidak hanya menulis karya itu dalam bahasa Yunani, melainkan dari bahasa Aram yang tentunya Papias bisa dikatakan telah melakukan suatu kesalahan. Kecuali jika Papias sendiri telah merujuk kepada sumber-sumber dalam bahasa Aram yang mendasari Injil Matius, dan teolog utama di bidang ini adalah Burney,8 Torrey,9 Matthew Black,10 dan F. Zimmermann.11

Berkaitan tentang Papias, Irenaeus menyampaikan bahwa Exposition of the Oracles of the Lord, adalah satu-satunya karya Papias. Dan dalam kata pengantarnya itu, Papias secara implisit mengakui bahwa ia bukanlah seorang pendengar dan saksi mata dari para rasul. Dan Eusebius pun mengatakan pula tentangnya, “seperti yang dijelaskan dari buku-bukunya, [Papias] adalah orang yang sangat sedikit kecerdasannya". Hal itu disebabkan, karena ia dianggap salah memahami apa yang disampaikan oleh para Rasul, selain diyakini pula bahwa Papias sendiri tidak pernah melihat atau mendengar dari para Rasul.12 Dan karena alasan itulah, Jurgens menyarankan agar Papias tidak disebut sebagai Bapa Apostolik.13

Sosok Papias, bisa dikatakan sebagai sumber utama dalam menelusuri tentang kepengarangan Injil Matius, dikarenakan masa hidupnya lebih dulu ada dari pada Eusebius, Irenaeus, dan Origen. Meski pada kenyataannya, Irenaeus dan Eusebius telah memberikan keterangan negatif perihal dirinya. Lalu bukti eksternal seperti apakah yang bisa diberikan oleh Kristen untuk menguatkan suatu argumentasi, bahwa penulis Injil Matius itu adalah Matius, disaat para Bapa Gereja lainnya pun memberikan pandangan yang negatif kepadanya ? Jika pihak Kristen, menolak pernyataan negatif yang disampaikan oleh Irenaeus dan Eusebius kepada Papias, lalu sebelah mana dari pernyataan Papias yang masih bisa dianggap memiliki kekuatan argumentasi dalam menunjukkan bahwa kepengarangan Injil Matius itu ditulis oleh Matius ?

Berkaitan tentang pengarang Injil Matius itu adalah Matius sebagaimana yang disampaikan oleh Irenaeus, Eusebius, dan juga Origen, sesungguhnya keterangan mereka sangat diragukan keabsahannya, selain adanya kontraproduktif. Karena informasi yang mereka dapatkan, masih bersifat spekulasi dikarenakan tidak adanya sumber yang jelas atas informasi yang mereka dapatkan. Jika seandainya, Kristen mengandalkan informasinya, selain dari Papias, namun dari Polycarpus, Tatian, ataupun Bapa Gereja lainnya, dengan alasan lainnya bahwa kala itu telah beredar keyakinan bahwa Matius adalah penulis Injil Matius, ataupun karena ada keyakinan bahwa Injil Matius telah beredar secara luas, tentunya pendapat mereka tidak bisa diandalkan pula, karena yang diandalkan dan yang mengandalkan tidak hidup sezaman dengan para saksi mata yang hidup sezaman dengan Yesus, selain saling kutip mengutip tanpa adanya kejelasan sumber tentang siapa sebenarnya yang mengarang Injil Matius itu. Meski Injil Matius peredarannya cukup luas dan dikenal banyak orang, bukan berarti bahwa Matius itu adalah penulis dari Injil Matius. Karena jika Matius itu adalah penulis Injil Matius, seiring dengan luasnya penerimaan Injil tersebut, sudah barang tentu banyak orang yang akan memberikan kesaksiannya tentang kepengarangan Injil Matius, namun pada kenyataannya, lagi-lagi pernyataan Papias menjadi dasar argumen dari Bapa Gereja.


Kesimpulan
Keyakinan Kristen yang meyakini bahwa Injil Matius ditulis oleh orang yang bernama Matius, sesungguhnya argumentasi mereka sangat lemah sebagaimana yang telah disinggung diatas. Jika penulis dari Injil Matius saja pihak Kristen tidak mampu memberikan kejelasan dan keakuratan argumennya tentang siapakah penulis dari Injil Matius, tentunya isi yang didalamnya pun tidak bisa dipertanggungjawabkan, apalagi dijadikan sebagai sarana dalam membangun iman.

Di kala Kristen tidak mampu menunjukkan siapa pengarang Injil Matius, namun malah mempertanyakan balik kepada Muslim, agar Muslim menunjukkan tentang siapa penulis Injil Matius, tentunya itu bukanlah solusi yang terbaik bagi mereka dalam menelusuri kepengarangan Injil Matius. Karena pada dasarnya, Muslim tidak mengimani isi dari Injil Matius maupun Injil kanonik lainnya, sebagaimana Kristen. Karena dengan adanya kehadiran Al-Qur'an, telah cukup untuk membangun iman seorang Muslim, selain adanya hadits shahih, yang menjadi petunjuk bagi kehidupan setiap Muslim.



Catatan Kaki :
1.Dikutip oleh Eusebius, HE, iii. 39. 16.
2. Adv. Haer. iii. I. I, dikutip oleh Eusibius, HE, v. 82. Kutipan di atas, berasal dari terjemahan D. Theron, Evidence of Tradition (1975), hal. 43.
3. HE, v. 10.
4. Apud Eusebius, HE, vi. 25.
5. Bdk. V. H. Stanton, The Gospels as Historical Documents.
6. B. P. W. S. Hunt, Primitive Gospel Sources.
7. Kemungkinan lain : Injil mulanya pseudiom dan Papias merefleksikan pendapat yang populer. Bdk. Kilpatrick, Origens.
8. The Poetry of our Lord; The Aramaic, Origin of the Fourth Gospel.
9. The Four Gospels : A New Translation.
10. An Aramaic Approach to the Gospels and Acts.
11. The Aramaic Origin of The Four Gospels.
12. Constantin von Tischendorf, When Were our Gospels Written?
13. Faith of the Early Fathers, Vol. 1, 1970, p. 38.

Comments

  1. Hahahah.
    Begitukh??

    Saya cuma mau menyampaikan ini saja,,
    LEWi itu merujuk pd dr ke 12 sub suku bangsa israel.
    Matius berasal dr suku Lewi..

    "Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya”.

    Itu sajalah penyampaian saya.
    Saya bukan ahli.
    Saya cuma menyampaikan saja.
    Thx untk atensinya

    ReplyDelete
  2. Oh begitu, kalau begitu mana buktinya kalau alquran disampaikan oleh muhammad ?

    ReplyDelete
  3. Analisis ngawur tingkat dewa 😀😀

    ReplyDelete

Post a Comment