Siapakah Penulis Injil Markus ?

                     Oleh: Sang Misionaris


Pendahuluan

    Kristen meyakini, bahwa Markus adalah penulis Injil Markus, yang ia sendiri diyakini sebagai salah satu muridnya Yesus yang paling awal. Namun, pada saat penulis menelusuri pelbagai literatur bacaan tentang kepengarangan Injil Markus, ternyata Markus bukanlah salah satu dari dua belas murid Yesus,1 dan tidak ada alasan yang kuat untuk dipercaya bahwa dia adalah saksi mata dari setiap kejadian yang telah ia catat. Jika Markus bukanlah penulis Injil Markus, lalu siapakah yang menulis Injil tersebut ? Tentunya, jawaban yang disampaikan bagi pertanyaan tersebut, tidak sesederhana seperti pertanyaannya. Karena untuk memberikan jawaban tentang siapa kepengarangan Injil Markus, tentunya tidaklah begitu mudah, terlebih informasi yang terdapat pada Injil ini begitu sangat minim. Dan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut, tentunya mau tidak mau, kita harus menggali informasi dari teks itu sendiri, selain menggunakan data eksternal yang sekiranya dianggap memadai, terlebih nama Markus bukanlah nama satu-satunya di kala itu.


Membedah Bukti Internal Atas Kepengarangan Injil Markus

    Banyak yang menyebutkan bahwa Injil ini ditulis oleh Markus, seperti halnya yang disampaikan oleh Kanon Muratorian, Irenaeus, Clement dari Alexandria, Origen, Jerome. Tetapi, siapakah Markus yang dimaksud? Apakah memang penulis Injil ini adalah Markus yang menjadi salah satu muridnya Yesus, ataukah orang lain yang memiliki nama yang sama ? Adanya penyamaan atas Yohanes Markus dengan penulis Injil Markus telah diragukan oleh sejumlah sarjana, seperti halnya oleh Grotius, Cave, Dupin, dan Tillemont.2 Dan menurut pendapat tradisional, ternyata penulis Injil Markus itu adalah Yohanes Markus, yang menjadi keturunan dari keluarga yang beragama Kristen  di Yerusalem. Menurut narasi yang terdapat pada Kisah Para Rasul (KPR) 12:12-13, Markus berasal dari keluarga yang cukup berada, dikarenakan ibunya mempunyai rumah dan juga budak. Dan tentang Markus, Hayes mengatakan,3 bahwa Markus adalah “seorang anak yang manja dari seorang janda yang kaya.” Selain pada pasal 12, nama Yohanes Markus pun disebutkan pula pada pasal lain di KPR, yakni pada pasal 15. Narasi yang terdapat pada KPR 15:35-39, mengisahkan tentang Yohanes Markus yang menjadi penyebab atas terjadinya perselisihan antara Barnabas dengan Paulus. Jika seperti itu, apakah bisa dikatakan, bahwa penulis Injil Markus merupakan orang yang sama dengan Yohanes Markus yang terdapat pada KPR ataukah tidak ? Jika mencermati Injil Markus yang memiliki latar belakang non-Palestina, tentunya suatu hal yang tidak mungkin bahwa Injil ini ditulis oleh Markus yang pernah tinggal Yerusalem, dan secara spesifik, penyamaan tersebut baru terjadi di masa Jerome.

    Pada artikel sebelumnya, lokasi tentang kepenulisan Injil ini telah kita bahas, yang pada akhirnya menghasilkan beberapa dugaan di kalangan para sarjana mengenai di manakah lokasi penulisan Injil Markus tersebut ditulis, dan bahkan ada yang berpendapat bahwa penulis Injil ini adalah orang yang sama dengan Markus yang ada pada KPR, yang hal tersebut didasari karena keduanya memiliki latar belakang sama, yakni non-Palestina. Tapi lain halnya dengan pendapat F.C.Grant yang meyakini bahwa penulis Injil ini adalah seorang Kristen Roma yang tidak diketahui bernama Markus.4 Pada Perjanjian Baru (PB), Yohanes Markus telah disebut sebanyak tiga kali, sebagaimana yang terdapat pada KPR. 12-12, 25; dan 15:37. Sedangkan nama Markus, disebutkan lima kali seperti pada KPR 15:39; Kolose 4:10; 2Timotius 4:11; Filemon 1:24; dan 1Petrus 5:13. Namun, tidak ada dasar yang bisa menguatkan bahwa Yohanes Markus adalah Markus itu sendiri yang menulis Injil ini, terlebih nama Markus adalah nama Romawi yang merupakan nama umum pada saat itu.5

    Keberatan kuat tentang Yohanes Markus bukanlah orang yang sama dengan seorang penulis Injil Markus, karena adanya narasi yang mengisahkan tentang Markus yang menjadi penyebab atas adanya perselisihan antara Paulus dengan Barnabas. Apabila perselisihan yang terjadi antara Paulus dengan Barnabas yang disebabkan oleh Yohanes Markus tersebut memang historis, tentunya suatu hal tidak logis ketika Markus yang hidup sezaman dengan Yesus dan bahkan yang menjadi muridnya langsung, mempunyai sikap yang arogan dan tidak memiliki kematangan dalam sisi kejiwaannya. Jika seandainya  Kristen berdalih, bahwa bisa saja Markus memiliki perangai yang demikian sebagaimana yang terjadi pada Yudas Iskariot, justru menurut hemat penulis, bahwa argumentasi tersebut semakin bertambah tidak bisa diandalkan. Satu sisi, Kristen mengimani atas apa yang telah dituliskannya, namun di sisi lain, Kristen meyakini bahwa Markus yang menjadi penulis Injil tersebut adalah orang yang memiliki perangai buruk. Bukankah orang yang memiliki perangai yang buruk bisa mengakibatkan mosi tidak percaya ? Selain itu, seseorang yang memiliki perangai yang buruk, tentunya satu keburukan yang telah atau yang akan dilakukannya akan selalu diiringi dengan keburukan yang lainnya, semisal seorang pendusta akan berusaha meyakinkan orang lain supaya apa yang disampaikannya itu bisa dipercaya oleh orang lain, meskipun harus bersumpah sekalipun, walaupun apa yang telah disampaikannya tersebut tidak benar. 

    Dari adanya kekontrasan tersebut, masihkah Kristen meyakini bahwa orang yang manja seperti halnya Yohanes Markus adalah seorang penulis Injil Markus yang sekaligus sebagai muridnya Yesus ? Ketika Kristen meyakini demikian, tentunya bisa dikatakan bahwa Kristen telah mengimani suatu kitab yang ditulis oleh orang yang memiliki perangai buruk. Selain itu, mau tidak mau Kristen pun harus mengakui, bahwa Yesus telah gagal dalam mendidik Markus dan telah salah memilih orang untuk dijadikannya sebagai muridnya. Menyangkutpautkan Injil Markus dengan KPR dalam mengidentifikasikan siapa penulis Injil Markus, sesungguhnya tidak bisa dijadikan sebagai tolok ukur dan tidak pula memiliki resistensi argumen, dalam membuktikan bahwa Markus yang menulis Injil Markus adalah orang yang sama dengan Yohanes Markus yang ada pada KPR.  
     

Membedah Bukti Eksternal Atas Kepengarangan Injil Markus

    Sumber primer bagi bukti eksternal atas kepenulisan Injil Markus adalah Papias, yang telah mengaitkan Markus dengan Petrus. Sama seperti halnya kasus tentang kepengarangan Injil Matius yang telah kita bahas di artikel ini,
dan kita sepenuhnya tergantung pada kesaksian eksternal untuk nama pengarang Injil Markus.6 Namun para sarjana modern telah mengabaikan pandangan tersebut, selain mengabaikan pula beberapa pandangan dari Bapa Gereja lainnya tentang kepenulisan Injil ini, yang sejak awal telah meyakini bahwa penulis Injil ini adalah Markus. Dengan adanya kritik bentuk dan kritik redaksi, para theolog telah semakin ragu untuk menegaskan keterkaitan antara Petrus dengan penulis Injil Markus. Walaupun sebagian besar theolog telah menerima bahwa Papias merujuk kepada penulis Injil Markus, selain adanya pandangan lain bahwa ia merujuk pada Q, yang dilihat sebagai kumpulan bahan katekisasi Petrus.7

    Eusebius8 telah mengutip pernyataan Papias seperti berikut : “Karena Markus adalah penafsir/penerjemah Petrus, tentunya ia menulis secara akurat, meski tidak secara berurutan, ia hanya mengingat atas hal-hal yang dikatakan atau yang dilakukan oleh Tuhan. Ia tidak mendengar Tuhan dan tidak pula mengikuti Dia, tetapi yang telah saya katakan, Petrus yang menyesuaikan pengajarannya dengan kebutuhan (pendengar) tetapi tidak seperti membuat narasi dari ucapan-ucapan Tuhan; hasilnya, Markus hanya menulis hal-hal yang ia ingat, yang sama sekali tidak membuat kekeliruan; ia berhati-hati dalam satu hal-tidak melewatkan apa pun yang ia dengar atau memalsukan tentang hal itu.” Dengan adanya pernyataan Papias yang dikutip oleh Eusebius tersebut, mengindikasikan bahwa apa yang telah ditulis oleh Markus tersebut adalah suatu kebenaran, meskipun apa yang ia tulis berdasarkan ingatannya semata. Dari adanya indikasi tersebut, justru telah melahirkan beberapa pertanyaan bagi kita. Jika apa yang telah dituliskan oleh Markus tersebut hanya berdasarkan ingatannya saja, lalu tolok ukur seperti apa yang bisa menguji kebenaran atas apa yang telah ditulis oleh Markus ? Apakah tulisan yang dihasilkan oleh Markus tersebut telah mendapatkan verifikasi dari Petrus ? 

    Jika seandainya Kristen berdalih bahwa kepenulisan Injil Markus tersebut sudah mendapatkan verifikasi dari Petrus, tentunya pandangan tersebut telah menuai polemik yang mengakibatkan Kristen harus memilih pendapat mana yang lebih bisa diandalkan tentang kapan kepenulisan Injil Markus tersebut ditulis. Karena sejak awal, telah terjadi perbedaan pendapat tentang waktu kepenulisan Injil ini, sebagaimana yang telah disinggung pada artikel sebelumnya disini. Irenaeus berpendapat, bahwa Injil ini ditulis setelah kematian Petrus, sedangkan di sisi lain, Clement dari Alexandria berpendapat bahwa Markus menulis Injil tersebut ketika Petrus masih memberitakan Injil di Roma. Dari adanya dua pendapat yang saling bertentangan tersebut, tidak mungkin keduanya dianggap benar. Lalu dengan cara seperti apa Kristen mampu mengkompromikan atas dua pandangan yang berbeda tersebut ?

    Menurut  fragmen Papias, bahwa Markus adalah seorang teman yang menemani Petrus dalam melakukan penginjilan dan sekaligus sebagai penafsir atau penerjemah dari Petrus. Dan Markus telah menulis ajaran-ajaran dari Petrus berdasarkan ingatannya setelah Petrus mengalami kematian, yang telah berusaha melakukannya secara hati-hati. Pernyataan yang demikian, adalah pernyataan yang secara historis tidak bernilai. Karena menurut Marxsen,9 bahwa perikop-perikop yang terpisah dari Injil ini tidak mungkin mewakili pemberitaan Petrus, dikarenakan adanya penemuan-penemuan kritik Bentuk yang hal tersebut justru dianggap tidak memungkinkan. Selanjutnya, Marxsen meneruskan pendapatnya, suatu hal yang mungkin sekali terjadi ialah bahwa Papias mengungkapkan kecendrungan yang khas dari periodenya, yakni memberikan pembelaan diri terhadap Gnostikisme dengan menganggarkan naik banding pada wewenang seorang Rasul. Dan sebelum zaman Papias, karya anonim ini telah dinisbatkan bahwa Markus sebagai pengarang Injil ini, dan nama apapun yang diduga sebagai pengarangnya, sama sekali tidak membuat karya ini menjadi lebih bernilai, selain masih tetap saja sebagai karya yang anonim. 

    Ada ketegangan di kalangan sarjana modern yang sepenuhnya telah menolak tulisan Papias, dikarenakan tulisannya dianggap sebagai perkembangan dari pengetahuan bahwa Markus adalah asisten Petrus. Menurut E. Schhweizer,10 bahwa pernyataan dari Papias patut untuk dicurigai, dan menurut K. Niederwimmer, ucapan Papias adalah fiksi apologetika. Dan keberatan yang cukup serius datang dari Eusebius yang menurutnya bahwa Papias adalah orang yang memiliki pemahaman yang sempit,11 terlebih bahwa Papias bukanlah salah satu muridnya dari para Rasul yang menjadi muridnya Yesus langsung, melainkan ia sendiri adalah muridnya Yohanes imam (presbyter).12
   

Kesimpulan
    Tidak ada dasar argumentasi yang bisa diandalkan, bahwa penulis Injil Markus itu adalah muridnya Yesus; penulisnya bernama Markus; dan bahkan penulis Injil ini adalah orang yang sama dengan yang dikisahkan dalam KPR. Alih-alih Kristen ingin membuktikan bahwa Injil yang mereka imani memiliki otoritas dalam membangun imannya, namun dalam perspektif historis, ternyata segala argumentasi Kristen tentang kepengarangan Injil Markus hanya sekedar spekulatif belaka. Ketika Kristen menyajikan argumentasinya dalam membuktikan tentang kepengarangan Injil Markus, pada saat itu pula telah menuai permasalahan lain dikarenakan setiap argumentasi yang disajikan telah melahirkan berbagai polemik, baik dari kalangan Bapa Gereja sendiri maupun dari kalangan sarjana Kristen.

    Setiap gagasan yang dikemukakan tentang siapakah pengarang Injil Markus, tetap saja Injil ini pada dasarnya adalah anonim. Ketika pengarang dalam suatu karya tidak bisa diketahui secara pasti tentang asal-usul sipenulisnya dan juga namanya, seperti halnya Injil Markus, tentunya tidak ada alasan yang kuat bahwa Injil ini patut untuk diimani dan bahkan diyakini isinya sebagai Firman Tuhan. Satu sisi Kristen meyakini bahwa para penulis Injil, semisal Injil Markus, telah mendapatkan ilham dari Roh Kudus yang notabenenya sebagai salah satu oknum dari Trinitas, namun di sisi lain, ternyata Eoh kudus tidak bisa memberikan ilham dan memberikan keyakinan yang teguh kepada semua orang Kristen untuk meyakini bahwa penulis Injil adalah muridnya Yesus yang bernama Markus. Dari adanya perbedaan pendapat yang selama ini terjadi terkait tentang Injil Markus, apakah bisa dikatakan bahwa Roh kudus telah ikut serta didalamnya ?


Catatan Kaki :
1. Barton Warren Johnson, People’s New Testament.
2. Archibald Alexander, Canon of the Old and New Testament Ascertained, or The Bible Complete without the Apocrypha and Unwritten Traditions.
3. Doremus A. Hayes, The Synoptic Gospels and th Book of Acts.
4. F.C.Grant, The Earliest Gospel.
5. Matthew Henry, Commentary on the Whole Bible, Vol. V (Matthew to John).
6. Louis Berkhof, Introduction to the New Testament.
7. J.N.Sanders, The Foundation of the Christian Faith.
8. Barton Warren Johnson, People's New Testament.
9. Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru.
10. E. Schhweizer, Das Evangelium nach Markus. Diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul The Good News According to Mark.
11. Constantin von Tischendorf, When Were our Gosple Written ?
12. Paul Schmiedel, Johannine Writings.

Comments

  1. Apakah saya boleh mengetahui nomor halaman dari setiap kutipan yang ada?

    ReplyDelete
  2. penulisnya bukan orang Kristen...he he

    ReplyDelete

Post a Comment