Kritik Nalar Islamophobia

Oleh : Sang Misionaris (SM).


Pendahuluan
    Ketika dunia teknologi sudah semakin berkembang sebagaimana saat ini, dengan mudahnya kita bisa mendapatkan berbagai pandangan miring terhadap Islam atas apa yang dilakukan oleh Islamophobia; seperti halnya yang dilakukan oleh oknum Kristen. Ujaran kebencian sangat terlihat dari setiap komentar atau pandangan yang mereka sampaikan, bahwa Islam adalah agama yang haus akan perang, Islam adalah agama yang brutal, Islam tidak mengenal belas kasih, Islam disebarkan dibawah pedang, Islam adalah agama yang haus darah, dan lain-lain. Mereka melakukan hal demikian, agar tercipta stigma negatif terhadap Islam di mata dunia, dan di sisi lain, mereka sedang membangun persepsi, bahwa ajaran mereka adalah agama yang penuh kasih, agama yang penuh damai, dan lain-lain. Namun, mereka menuding demikian terhadap Islam, apakah mereka akan konsisten dengan persepsinya ketika kita memberikan studi kasus kepada mereka ?   

Keberhasilan Islam Yang Menuai Kebencian
    Setelah wafatnya Nabi Muhammad, hegemoni militer, budaya, dan keagamaan Islam berkembang sangat pesat. Wilayah Persia, Syria, Mesir, Turki, kemudian Afrika Utara berada pada kekuasaan Muslim. Pada abad ke-8 dan ke-9 M, wilayah Spanyol, Sisilia, dan sebagian besar wilayah Prancis, pada akhirnya ditaklukkan pula oleh Muslim. Seiring dengan bertambahnya penaklukan wilayah yang luar biasa dari Muslim, pihak Eropa hanya bisa menanggapinya dengan rasa takut dan gentar. Sedangkan para penulis Kristen yang menyaksikan berbagai penaklukkan Islam tersebut, hanya menaruh sedikit perhatiannya terhadap ilmu pengetahuan, budaya, dan kebesaran kaum Muslimin. Oleh karena itu, Islam pada akhirnya dilambangkan sebagai agama teror, gerombolan orang barbar dan dianggap sebagai kaum yang layak untuk dibenci. Dan bagi Eropa, Islam adalah trauma yang abadi bagi mereka.
    Kendala paling banyak yang dialami oleh Islamophobia, semisal para pemikir Kristen, ialah kendala analogis. Misalnya, karena Kristus merupakan dasar bagi agama Kristen, maka secara salah kaprah bahwa Nabi Muhammad bagi Islam dianggap tidak berbeda dengan Kristus bagi agama Kristen. Oleh karena itu, diberikanlah nama “Muhammedanisme” kepada Islam.1 Tidak berhenti di sini saja, gambaran yang sempit mengenai Islam ini masih diintensifkan dengan seribu satu macam cara yang lain, seperti penulisan sejumlah besar syair, penciptaan kontroversi intelektual, dan takhayul-takhayul selama abad pertengahan dan renaisans awal, yang memang dibuat untuk menyudutkan agama Islam.2
    Salah satu bukti nyata bahwa Islam selalu menjadi sasaran kebencian mereka ialah dengan ditemukannya sebuah dokumen Chanson de Roland, sekitar tahun 1100 M, yang kala itu ditemukan di Inggris pada abad ke-19 M. Cerita dalam Chanson de Roland, menurut Cruz, adalah sebuah legenda yang dibuat untuk memberikan kesan kepahlawanan terhadap Charlemagne. Cerita Charlemagne merupakan sebuah kisah yang dikarang untuk menutupi kelemahannya dalam melawan pasukan Basque/Wascons. Namun anehnya, dalam Chanson de Roland, Charlemagne digambarkan telah berhasil menaklukkan semua wilayah Spanyol, kecuali Saragossa. Dan digambarkan yang seolah-olah musuh utamanya bukanlah pasukan Wascons yang beragama Kristen, melainkan kaum Muslimin (Saracens).3 Charlemagne ialah seorang raja yang dalam sejarah Kristen dianggap sebagai pahlawan Kristen Eropa yang sukses menaklukkan kaum Muslimin di Spanyol, dan dikenal pula sebagai orang yang telah melakukan terobosan besar dalam sejarah hubungan antara gereja dengan negara pada zaman pertengahan Eropa. Dialah seorang raja Eropa pertama yang diberi gelar “Empire of the Romans” oleh Paus.  
    Selain itu, tokoh gereja pun ikut pula membangun legenda dan mitos tentang Islam dan kaum Muslimin, seperti halnya yang dilakukan oleh Paus Urbanus II dalam menggelorakan semangat Perang Salib. Paus Urbanus II memberikan pidato yang terkenalnya di The Council of Clermont, pada tahun 1905 M, yang menggambarkan bahwa Muslimin telah melakukan pembantaian kepada umat Kristen di dalam gereja-gereja. Selain melakukan provokasi agar umat Kristen turut serta dalam Perang Salib, ia pun menjanjikan pula suatu pengampunan dosa dan dijanjikan akan masuk surga kepada siapa saja yang bergabung dengan ekspedisi pasukan Salib tersebut. Paus Urbanus II menyebut musuh umat Kristen sebagai “The Seljuq Turks”, yang dianggap sebagai bangsa barbar dari Asia Tengah yang baru saja menjadi Muslim. Adanya kegemaran bangsa Kristen Barat dalam mendengarkan legenda ketimbang fakta yang nyata, tampaknya terkait dengan sejarah masyarakat Yunani yang hidup dengan berbagai legenda dan juga mitos. Menurut Bremmer, meskipun masyarakat Barat sudah tersekulerkan dan membuang hal-hal yang supranatural, namun mereka tetap memelihara cerita-cerita tertentu sebagai model perilaku dan ekspresi ideal negara. Meskipun berbeda, masyarakat Barat memiliki kesamaan dengan masyarakat Yunani. Sebagaimana masyarakat Yunani, mitologi juga banyak menarik bagi masyarakat Barat.4
    Ketika nalar sudah dibayang-bayangi oleh sebuah kebencian yang amat mendalam terhadap Islam, tentunya pengisahan yang buruk terhadap Islam pun sudah hal yang biasa dikonsumsi oleh mereka, tanpa pernah mau untuk melakukan verifikasi terlebih dahulu atas informasi yang mereka dapatkan. Dengan adanya berbagai tudingan yang mereka lontarkan, pada hakekatnya hanya sebuah pengulangan “kebencian” atas apa yang telah dilakukan oleh orang-orang sebelum mereka, khususnya dari pihak Orientalis. Implikasi tersebut, sebenarnya menggambarkan bahwa tudingan mereka saat ini terhadap Islam disebabkan karena adanya faktor “keengganan” mereka dalam mempelajari literatur Islam secara langsung, meski saat ini teknologi sudah semakin maju dan berkembang.

Sikap Standar Ganda Islamophobia
    Dapat dikatakan bahwa sebagian besar orang yang menjadi perintang besar atas seruan Nabi Muhammad pada masa itu adalah dari golongan para bangsawan, dan para pembesar Quraisy, yang jiwa mereka telah diperudak oleh hawa nafsu mereka. Perlakuan buruk yang didapatkan oleh Nabi Muhammad pada masa awal kenabiannya, kerap kali dilakukan oleh orang-orang Quraisy dalam merintangi dakwah Nabi. Sebagai contoh, Ummu Jamil, istrinya Abu Jahal, melemparkan najis (kotoran) ke depan rumahnya. Bahkan, ketika Nabi Muhammad sedang melakukan sholat, Abu Jahal melemparinya dengan isi perut kambing yang sudah disembelih.5 Tidak hanya itu, Abu Lahab, salah satu dari pamannya Nabi Muhammad, dan juga istrinya secara kompak melakukan penghasutan kepada orang-orang Quraisy untuk mengejek Nabi, dan menghembuskan berita bohong tentang Nabi. Yang pada akhirnya, atas adanya perlakuan keji dari keduanya, Allah menurunkan Surat Al-Lahab.6 Bahkan, saat Bani Hasyim memberikan bantuan kepada Nabi, dan melakukan penolakan atas permintaan orang-orang Quraisy agar Nabi diserahkan kepada mereka, akhirnya orang-orang Quraisy memutuskan untuk mengisolir dan melakukan blokade terhadap Bani Hasyim selama tiga tahun lamanya. Selama tiga tahun tersebut, pihak Quraisy memutuskan transaksi dengan mereka yang pada akhirnya membuat mereka kelaparan. Selain itu, mereka pun melakukan pelarangan menikah dengan mereka,7 hal tersebut mereka lakukan untuk memutuskan rantai keturunan dari Bani Hasyim.
    Bukan saja Nabi dan keluarganya yang mendapatkan perlakuan keji dari pihak Quraisy, orang-orang yang memeluk Islam pun pada akhirnya mendapatkan perlakuan kasar dan keji pula dari mereka, misalnya Ibnu Mas’ud. Hanya karena ia melantunkan ayat-ayat yang ia hafalkan di depan ka’bah, akhirnya ia mendapatkan pukulan dari orang-orang Quraisy. Bahkan Bilal sendiri, yang pernah menjadi budak orang Quraisy, pernah disiksa di padang pasir di bawah teriknya matahari. Dadanya ditindih dengan batu besar dan dibiarkannya mengalami kematian. Ia mendapatkan perlakuan demikian dari orang Quraisy, supaya ia mau meninggalkan Islam yang menjadi keyakinan barunya dan kembali lagi kepada keyakinan leluhurnya. Yang pada akhirnya, nyawanya bisa terselamatkan ketika ia dibeli oleh Abu Bakar, yang telah lebih dulu masuk Islam dari pada Bilal.8
    Ketika Nabi dan para sahabatnya mendapatkan perlakuan keji dan kasar dari orang-orang Quraisy, apakah ada dari pihak Islamophobia yang menyatakan dengan lantang bahwa orang-orang Quraisy adalah orang-orang yang sadis dan tidak berprikemanusiaan ? Apakah ada dari mereka, yang mengangap bahwa orang-orang Quraisy adalah teroris ? Apakah mereka akan menganggap, bahwa Nabi Muhammad dan para sahabatnya adalah korban dari ketidakadilan dan kebiadaban bangsa Quraisy ? Selama penulis berkecimpung dalam dialog lintas agama Islam-Kristen dari tahun 2004 hingga sekarang, tidak ada dari pihak Islamophobia, semisal Kristen, yang berani menjawab atau memberikan pernyataan secara tegas dan lantang, bahwa orang-orang Quraisy adalah teroris dan tidak berprikemanusiaan, apalagi sampai menganggap bahwa Nabi Muhammad dan para pengikutnya adalah korban ketidakadilan dari orang-orang Quraisy. Hal tersebut mengimplikasikan, bahwa pihak Islamophobia adalah orang-orang yang malas dalam melakukan klarifikasi atas informasi miring tentang Islam yang selama ini mereka dapatkan dari berbagai sumber, apalagi melakukan pengkajian terhadap pelbagai literatur yang ditulis oleh umat Islam sendiri.
    Sikap mereka demikian, sebenarnya mengisyaratkan adanya sikap standar ganda mereka. Satu sisi, ketika mereka menjadi kaum minoritas dan kaum Muslimin menjadi mayoritas di suatu daerah atau negara, serta merta mereka menilai bahwa Islam adalah agama teroris, Islam adalah perusak kedamaian. Namun di sisi lain, saat kaum Muslimin menjadi korban penindasan yang dilakukan oleh sekelompok orang atau ketika menjadi kaum minoritas di suatu tempat yang mendapatkan perlakuan buruk dari kaum mayoritas, mereka menutup mata dan telinga atas kondisi yang dialami oleh umat Islam.
    Saat dunia teknologi sudah semakin berkembang dan segala akses informasi bisa didapatkan dengan mudahnya, lalu ada pemberitaan di suatu wilayah bahwa kaum Muslimim sedang di bantai atau mendapatkan perlakuan keji, sebagaimana yang terjadi di Palestina dan juga Myanmar, apakah mereka menuntut keadilan bagi umat Islam kepada para agresor ? Saat Islamophobia menjadi kaum minoritas ditengah umat Islam, mereka menuntut dan memperjuangkan “HAM” mereka, dan bahkan menganggap mereka adalah kaum yang teraniaya, namun pada saat umat Islam mendapatkan penganiayaan, apakah mereka pun menuntut hal yang sama supaya umat Islam pun mendapatkan sebagaimana yang mereka dapatkan saat mereka menjadi kaum minoritas ?

Kesimpulan
    Saat pertama kali Islam mulai tumbuh, pemeluknya yang masih menjadi kaum minoritas, selalu mendapatkan intimidasi dan bahkan siksaan dari orang-orang yang membenci ajaran Islam; sebagaimana yang telah penulis di atas sampaikan perihal Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Namun, ketika kaum Muslimin menjadi kaum mayoritas di suatu wilayah atau negara tertentu, lalu pada akhirnya terjadi pembunuhan yang pelakunya adalah umat Islam, dengan serta merta Islam menjadi bahan pencibiran dan tudingan mereka bahwa Islam adalah agama teroris, Islam adalah ajaran perusuh, dan lain-lain. Pihak Islamophobia tersebut lupa, dan bahkan dengan sengaja pura-pura lupa, bahwa negara semisal Amerika, Brazil, Meksiko, Rusia, dan Filipina,9 adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, apakah akan secara otomatis negara tersebut akan aman sentosa ? Saat agama Kristen menjadi agama mayoritas di negara tersebut, apakah bisa dikatakan bahwa tindak kejahatan, semisal pembunuhan, pencurian, dan lain kejahatan lainnya tidak akan ada di negara tersebut ? Apakah tidak pernah ada pemberitaan tentang kasus teroris di negara tersebut yang mayoritas penduduknya beragama Kristen ?
    Tentunya tidak adil, jika ada suatu tindak kejahatan di suatu wilayah tertentu di mana umat Islam menjadi penduduk mayoritasnya, maka dengan serta mereka mengatakan bahwa Islam adalah agama teroris yang mengajarkan kekerasan. Padahal, ajaran Islam tidak pernah mengajarkan hal demikian sebagaimana yang mereka tudingkan tersebut. Jika mereka bersikap demikian, tentunya mereka pun harus bersikap sama pula di saat ada tindakan teroris atau suatu kejahatan yang dilakukan di suatu tempat yang mayoritasnya beragama Kristen, mereka menyatakan pula, bahwa ajaran Kristen adalah penyebab adanya tindakan teroris, Kristen adalah ajaran yang mengajarkan kepada pemeluknya untuk melakukan tindakan kejahatan. Namun, apakah anggapan tersebut pernah ada yang pada akhirnya segala keburukan yang terjadi dinisbatkan kepada ajaran Kristen ?
    Perlu diketahui, bahwa suatu oknum yang menjadi pelaku tindak kekerasan atau kejahatan, pasti selalu ada pada setiap agama yang dianut di muka bumi ini. Namun, suatu hal yang tidak adil, ketika Islam diidentikkan dengan kekerasan, kejahatan, dan bahkan umatnya dianggap sebagai teroris, karena menjadi agama mayoritas di suatu wilayah tertentu. Karena pada dasarnya, Islam tidak mengajarkan perilaku demikian kepada pemeluknya, justru malah mengajarkan sebaliknya. Bahkan dalam perang sekali pun, Islam mengajarkan etikanya yang bisa ansa lihat pada artikel ini.
    Dengan artikel yang sederhana ini, penulis berharap, siapapun yang menilai negatif terhadap Islam, alangkah baiknya menelaah terlebih dahulu ajaran Islam secara komprehensif. Karena kaum Muslimin, membuka ruang selebar-lebarnya dalam mengadakan dialog antar umat beragama, dalam topik apapun, termasuk yang sedang kita bicarakan ini. Dengan akhir kata, semoga ayat ini bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua untuk bersikap adil dan bijaksana, meski kepada yang berbeda keyakinan sekalipun. Allah berfirman : “… Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”10


Catatan Kaki :
  1. Norman Daniel, Islam and the West : Making of an Image.
  2. William Wistar Comfort, The Literary Role of the Saracens in the French Epic.
  3. David R. Blanks and Michael Frassetto, Western Views of Islam in Medieval and Early Modern Europe.
  4. Jan Bremmer, Intrepretations of Greek Mythology.
  5. Muhammad Husain Haikal, Sejarah Hidup Muhammad.
  6. K.H. Moenawar Chalil, Kelengkapan Nabi Muhammad, Jilid 1.
  7. Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam-Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX.
  8. Haikal, Op.Cit.
  9. Silahkan baca website berikut ini yang di akses oleh penulis pada tanggal 6 April 2018. http://rubrikkristen.com/20-negara-di-dunia-dengan-populasi-kristen-terbesar/
  10. Qs. 5:8.

Comments